Jumat, 07 Desember 2007

HIDUP ITU INDAH

Percik permenungan

Kisah berikut ini adalah sebuah kisah nyata kehidupan dari seorang rocker dan mantan pencandu narkoba yang telah bergulat melewati ambang maut, lalu berusaha mencari makna hidupnya dalam perjumpaan pribadinya dengan Tuhan. Tanpa banyak bumbu, dengan lugas sang rocker menarik kesimpulan maha-berharga: ‘hidup itu indah’

Bagiku hidup itu adalah sebuah perjuangan spiritual. Apa tujuan hidupku? Mati! Tapi bagaimana aku setelah mati? Dulu aku percaya bahwa setelah kematian, hidup kita sudah berakhir. Stop, sampai titik mati! Tidak ada lagi hidup! Tapi kini aku berubah, aku yakin ada surga dan neraka, aku percaya Tuhan benar-benar menciptakan alfa dan omega. Tapi hidup kitalah yang memilikinya. Perjalanan yang bagaimana? Hanya kita yang bisa menciptakannya.

Hidupku dulu adalah sebuah perjalanan yang jelek karena aku jatuh dalam hidup yang buruk. Aku salah memilih. Aku dulu adalah aku yang sombong. Kekuatanku adalah uang dan kesuksesan. Jika anda dalam posisiku, anda akan merasakan betapa nikmatnya hidup dan betapa mudahnya mencari uang dan kesuksesan. Aku merasa akulah Tuhan, karena aku bisa membuat segalanya ada dengan uang.

Aku adalah seorang yang suka membaca dan buku apa saja dengan lahap kubaca; mulai dari buku-buku komunisme Marxisme, Leninisme, Nietzhe, sampai Teori Quantum. Inilah yang menciptakan serta membentuk aku yang dulu. Aku menganggap semuanya serba dapat dinalar logika, dan begitulah aku: aku adalah orang yang selalu berlogika untuk memecahkan masalah tentang Tuhan. Tuhan ada? Aku tidak berdoa dan tidak juga ke gereja namun tetap bisa makan dan hidup senang. Untuk apa aku perlu Tuhan? ‘Kita itu Tuhan dari diri kita masing-masing!’ Kita masing-masing itulah Tuhan, dan saking sombongnya aku enggak tertarik dengan orang yang miskin. Orang miskin berarti malas!

Semuanya berbalik, ketika ayahku mengorbankan dirinya untuk menyadarkan aku. Ini istilahku, karena aku sudah merasa kebangetan untuk tetap menyebut diri sebagai anak Tuhan. Agar aku bertobat, ayah berkorban. Pukulan itu telah mengena hingga aku seperti linglung. Aku baru menyadari bahwa aku sangat kehilangan ayahku. Aku baru menyadari bahwa keluarga sangatlah penting. Waktu ayah sakit, dari bulan desember – februari 2006, sedikitpun aku tidak pernah mengacukannya. Bahkan ketika ia meninggal dunia pun, aku tidak menangis. Tapi, sesudahnya aku heran; kenapa aku merasa kehilangan orang yang selama ini sama sekali tidak kuperhitungkan. Aku bisa bilang begitu karena aku memang tidak membutuhkan bantuan dari siapapun. Saat karirku naik dan ikut tour kemana-mana, tidak ada seorangpun yang menjelek-jelekkan aku. Semua memuji aku, dan di usia yang masih 20-an tahun itu aku menjadi besar kepala. Penghasilan yang luar biasa menjadikan aku gila. ‘’I am lizard king’’. Dengan kemampuan bermain gitarku sebagai seorang seniman musik, aku bisa mendapatkan apa saja.

Kejatuhan itu berawal dari titik ini. Ayahku meninggal dunia, dan aku merasa nol besar. Terus-terang saja, aku dulu menggunakan narkoba bukan karena pengaruh, tapi life style, gaya hidup rock and roll yang selalu bercampur dengan drugs, rock and roll, and sex. Kecanduanku semakin meningkat atau semakin menjadi-jadi. Rasanya tanpa narkoba aku tak bisa hidup. Aku memang seorang rock and roll sejati, kubaktikan diriku dan dedikasiku untuk rock and roll, sampai aku ingin mengikuti gaya hidup rock and roll. Contohnya adalah tattoo yang masih membekas hingga saat ini ditubuhku. Tapi karena gaya hidup rock and roll yang tidak terkontrol, semuanya habis dalam waktu sekejap: rumah, mobil, management-ku, studioku, semua habis terjual. Aku drop sampai waktu itu aku mencoba bunuh diri dengan satu gram sabu-sabu murni di kedua lenganku. Aku menelpon ibuku, ‘’saya mau menyusul bapak, saya minta maaf sudah mengecewakan bapak’’.

Secara medis aku sudah mati; kalaupun selamat dokter bilang aku akan terserang stoke. Tapi kenyataan yang kualami tidak! Aku masih hidup dengan selang infuse di tubuhku. Tuhan belum mau aku mati. Saat itu aku menangis, aku merasa kecil sampai-sampai aku tidak kenal siapa yang aku dulu. Saat itu aku mengakui ‘saya punya masalah’ dan mengalahkan kesombonganku selama ini. Mestinya saat aku bunuh diri, aku lalu dibenci! Tetapi kenyataanya apa yang ku pikirkan itu salah atau meleset! Semua keluarga berbalik mengasihi aku, dan aku sadar ‘keluarga harus bersama’ bahkan dalam saat paling jelek sekalipun. Inilah yang benar-benar mengejutkan aku; keluargaku masih mencintai aku meski aku sudah meninggalkan mereka untuk waktu yang lama! Aku telah membiarkan mereka sendirian mengurus ayahku, sementara ketika mataku terbuka kudapati ibuku setia menungguku. Di depannya kubersimpuh, bersyukur dan memohon ampun. Kepada Tuhan aku berdoa, ‘’Tuhan gue kan jarang minta tolong ama lu, sekali ini saja gue minta tolong’’! Minta tolong apa? Aku sendiri juga nggak tahu, pokoknya saat itu ungkapan yang keluar dari relung hatiku hanyalah minta tolong!

Saat ini aku sudah berubah, aku telah sadar, dan untuk itu niatku tidak lain hanyalah ingin membantu sesamaku entah lewat jalan apa pun yang baik yang akan aku lakukan. Karena aku hanya bisa berkarya di bidang musik, aku lantas mengamen menghibur orang lain. Aku ingin sekali seperti bapak yang telah menghadap BAPA di surga yang bisa ngomong sama Tuhan, ‘’Kalau karena saya harus masuk neraka karena Yesus, ya.., saya rela’’

Hidup saat ini bagiku terasa sangat luar biasa! Aku yakin apa yang kulakukan untuk sesama itu kulakukan untuk Yesus juga. Di biara, orang bisa berdoa setiap hari, tetapi apakah mereka melakukan sesuatu untuk orang lain? Hidup ini harusnya begitu, ini bukan bentuk rasa terimakasih karena aku nggak jadi mati, tetapi karena aku merasa itu tugas dan kewajibanku. Aku punya perjanjian dengan Tuhan, ‘kalau saya sukses, saya akan lakukan a, b, c, d, …’! Lebaran kemarin, aku bilang sama ibu, ‘’saya mau ngaku doa’’, dan semua keluargaku kaget. Usai itu kepercayaanku semakin teguh. Sejak belasan tahun lalu aku melupakan Tuhan dan meninggalkan-Nya, kini aku mau mengaku dosa dengan apa yang dulu tidak pernah kuakui ada. Aku ingin kembali kejalan dimana Tuhan menghendaki harus kulalui dalam perziarahan hidupku ini. Sekarang aku sungguh percaya Tuhan itu baik, Tuhan itu maha pengasih dan penyayang, dan Tuhan itu maha pengampun. IA-lah eternal alfa dan omega dari hidup yang ku miliki ini. Hanya kepada-Nya dan untuk-Nya ku mau berbakti melalu mereka yang akan saya tolong kelak setelah akhir dari perjuangan pemulihan diriku yang kujalani saat ini di Rehabilitasi. Rehabilitasi KUNCI is my house and my home. I really feel at home! Most of my fellow and staff in this rehabilitation accepted me, they show respect to me. They really take care me. They could feel what I feel. They are helping me to be a real human being. They have shown me how God really present in my life. They have opened my heart and my mind to welcome and to taste the divine love of God. Begitulah ungkapan terakhir yang keluar dari mulut seorang mantan pencandu narkoba yang saat ini sedang menjalankan masa pemulihan kepribadiannya di Rehabilitasi. Ini adalah sebuah ungkapan IMAN akan pertobatan yang tulus, yang boleh saya alami saat perbincanganku dengannya di pelataran halaman rumput berhijau di Rehabilitasi tempat saya berkarya saat ini.

Sahabat dan saudara pembaca yang baik, Mari kita saling mendoakan. Kita doakan sesama saudara kita, semua pencandu narkoba dan pengguna obat-obat terlarang lainnya, agar mereka pun mau bertobat, dan demikian juga kita berdoa bagi pertobatan diri kita sendiri. Semoga belaskasih dan pengampunan Tuhan dimasa ini dan yang akan datang berlimpah dan berkenan bagi mereka dan kita sendiri. Biarlah jiwa kita bermega memuliakan dan memuji namanya hingga akhir zaman. Amen!

Tuhan memberkati
Rehabilitasi KUNCI
Nandan, Sariharjo – Ngaglik, Sleman
Yogyakarta 55581
Telpn. (0274) 624 747

Rehabilitasi Kunci adalah salah satu karya milik Bruder Karitas yang dikhusus untuk perawatan dan pendampingan bagi Pencandu Narkoba-Napza/Alkohol yang dengan kemauan dan motivasi yang baik mau melepaskan diri dari ketergantungannya. Bagi kaum remaja pencandu Narkoba yang dengan kemauan dan motivasi yang baik mau melepaskan diri dari KETERGANTUNGAN DIRI / STOP MENGGUNAKAN NARKOBA-NAPZA/ALKOHOL, silahkan kontak: Bro. apolonaris Setara, FC (staf di Rehabilitasi Kunci). E-email: apolonaris_setara@yahoo.com atau telepon: (0274) 624 747

Minggu, 02 Desember 2007

KOMUNITAS TERAPI (Bagian I)

PENGANTAR

Therapeutic adalah Terapi atau penyembuhan. Terapi bukan hanya teori atau metode, tetapi suatu konsep yang sifatnya penyembuhan sistem mental (pola pikir). Community (komunitas) bukan hanya sekedar orang-orang, nama-nama, tetapi lebih pada individu bisa disebut juga lebih ke arah menuju keluarga yang di harapkan yang mempunyai visi dan misi yang sama. Tujuan terapi adalah menciptakan ruangan yang memungkinkan terjadi penyembuhan, pemulihan dan merasa lebih baik. Tujuan utama TC adalah bekerja dengan rasa peduli, melindungi setiap anggota, menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional, menjaga keseimbangan. TC dapat bekerja dengan cinta secara spritual.
TC seperti rantai, dengan masing-masing individu sebagai mata rantainya memiliki peran masing-masing, untuk dapat mencapai tujuan TC harus di mulai dengan kata KITA. Masing-masing mata rantai mempengaruhi keutuhan dan kesatuan rantai TC, jika satu mata rantai putus atau bermasalah akan mempengaruhi keutuhan rantai yang ada.

Tidak dapat disangkal bahwa adiksi telah menjadi suatu masalah yang cukup besar bagi negara kita. Banyak tempat - tempat yang menawarkan berbagai macam metode perawatan untuk para pecandu. Akan tetapi, kebanyakan dari tempat - tempat itu sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang adiksi dan dunia adiksi. Dimana kita akan menemukan adiksi dan pecandu, disitu juga kita akan menemukan masalah dengan drugs, sex, uang, kejahatan, kekerasan, dan penyebaran virus HIV serta Hepatitis C (Telur Adiksi). Indonesia sendiri saat ini belum memiliki suatu sistem yang cukup efektif untuk menghadapi masalah - masalah tersebut, dan tempat - tempat pemulihan yang ada seringkali tidak memberikan suatu perawatan yang tepat dan terpadu bagi para pecandu.

Untuk dapat mengatasi masalah - masalah yang ditimbulkan oleh adiksi, kita memerlukan sebuah sistem yang melibatkan semua pihak yang terkait di dalam bentuk KOMUNITAS TERAPEUTIK ( THERAPEUTIC COMMUNITY ). Sebuah Therapeutic Community yang seimbang dan fungsional adalah suatu sistem yang mencakup semua aspek - aspek di dalam dunia adiksi itu sendiri. Keterlibatan berbagai pihak sangat diperlukan karena dampak dari adiksi itu sendiri tidak hanya menimpa si pecandu, akan tetapi juga orang - orang yang berada di sekitarnya (keluarga) serta masyarakat secara keseluruhan.

A. ADIKSI DAN DUNIA ADIKSI

Adiksi adalah merupakan sebuah penyakit, dan si "sakit" kita kenal sebagai pecandu. Kebanyakan orang memandang adiksi pada tingkatan individual, dalam artian adiksi hanya menyerang satu orang saja, yaitu si pecandu. Pada kenyataannya adiksi adalah merupakan penyakit keluarga, karena keluarga juga memegang peranan yang sangat penting di dalam perkembangan penyakit si pecandu. Dan masalah yang timbul juga akhirnya berdampak secara langsung di dalam lingkungan keluarga.

Masalah adiksi tidak selalu berpusat pada drugs, walaupun kita tahu bahwa drugs adalah merupakan pemicu dari masalah - masalah yang ada. Adiksi lebih dapat kita katakan sebagai sebuah gaya hidup, sebuah kebudayaan, ism yang dimiliki oleh seseorang. Kesalahan yang sering dibuat oleh masyarakat kita adalah memandang bahwa untuk dapat menyembuhkan penyakit ini cukup dengan cara berhenti menggunakan narkoba saja. Padahal sebenarnya penyembuhan/pemulihan dari adiksi adalah lebih dari hanya sekedar berhenti "pakaw (menggunakan putaw)". Kita berhadapan dengan sebuah penyakit yang menyerang fisik, mental, emosional dan spiritual. Proses pemulihannya memakan waktu, karena kita bekerja dengan pola pikir dan jiwa yang telah rusak sebagai akibat dari penyakit tersebut. Dikatakan bahwa seorang pecandu tidak akan pernah dapat sembuh, tetapi ia dapat dipulihkan, dan proses pemulihannya memakan waktu seumur hidup.

Pecandu hidup di dalam sebuah dunia yang sama sekali berbeda dengan orang normal. Pecandu tidak memiliki kemampuan untuk dapat menghadapi masalah sebagaimana orang pada umumnya. Mereka hidup untuk memakai obat-obatan, dan memakai obat-obatan untuk hidup. Mereka akan menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan narkoba yang mereka inginkan. Cara - cara yang nampaknya bagi orang - orang yang normal sangat tidak masuk akal. Dunia itu dinamakan dengan dunia adiksi, dan di dalamnya terdapat:

1. Drugs

Setiap pecandu memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan. Semua aspek di dalam kehidupan mereka terpusat untuk mencari lebih banyak obat-obatan karena tingkat toleransi tubuh mereka yang terus - menerus meningkat. Mereka merasa bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa obat-obatan, dan akan mengalami rasa sakit apabila mereka tidak menggunakan.

2. Uang

Untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka, mereka memerlukan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Berapapun jumlah uang yang mereka miliki nampaknya tidak cukup untuk memenuhi keinginan mereka. Dan mereka tidak peduli dari siapa dan bagaimana mereka bisa mendapatkan uang.

3. Sex

Tingkat ketidakpedulian mereka yang cukup tinggi sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual mereka. Bila kita melihat umur pecandu di Indonesia yang rata - rata adalah usia produktif dan memiliki kecenderungan seksual yang aktif. Di antara mereka cukup banyak yang menggunakan seks sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan mereka akan drugs. Menjadi pekerja seks komersil akan mereka lakukan selama hal itu dapat memenuhi apa yang mereka inginkan.

4. Kekerasan

Cara hidup yang mereka jalani seringkali "memaksa" mereka terlibat dalam tindak kekerasan, baik sebagai pelaku ataupun sebagai obyek penderita, baik di dalam pengaruh ataupun sedang tidak dalam pengaruh drugs. Keadaan emosional yang rusak sebagai akibat dari penyakit adiksi juga merupakan salah satu penyebab mengapa mereka tampak begitu mudah terdorong untuk melakukan kekerasan.

5. Kejahatan

Dunia adiksi adalah merupakan dunia yang penuh dengan tindak kriminal. Menjadi pengedar untuk mendapatkan uang ataupun melakukan tindak kriminal seperti mencuri dan lain sebagainya merupakan hal yang biasa bagi para pecandu. Kebanyakan dari mereka yang melakukan tindak kriminal tidak jauh dari drugs dan pada saat mereka sedang melakukannya mereka berada di bawah pengaruh drugs.

6. Hepatitis C & HIV/AIDS

Penggunaan jarum suntik secara bergantian dan hubungan seksual tanpa pengaman yang menjadi ciri dari pecandu membuat mereka rentan sekali terhadap penyebaran kedua virus ini. Dikatakan bahwa hampir lebih dari 90% dari para pecandu mengidap virus Hepatitis C dan sekitar 25% mengidap virus HIV sebagai akibat dari perilaku mereka yang beresiko.

Ini semua adalah merupakan kenyataan bagi kita dan apabila ini berkembang maka akan dapat berpengaruh terhadap pembangunan di negara kita. Apalagi mereka yang sudah mengidap virus Hepatitis C ataupun HIV kebanyakan adalah mereka yang berada di dalam usia produktif. Jadi kita harus dapat menghadapi masalah ini sekarang dengan keterbukaan pikiran.

KOMUNITAS TERAPI (Bagian II)

B. APAKAH THERAPEUTIC COMMUNITY ITU ?

Banyak tempat - tempat pemulihan dan perawatan bagi pecandu yang mengklaim dirinya sebagai sebuah Therapeutic Community, akan tetapi pada pelaksanaanya banyak di antara mereka yang sama sekali tidak mengerti arti kata Therapeutic Community yang sebenarnya, dan bagaimana sebuah Therapeutic Community yang baik berjalan.
Pertama – tama kita lihat arti dari dua kata tersebut. Therapeutic sendiri dapat diartikan sebagai sebuah metode yang sifatnya mengembalikan keseimbangan dan fungsi dari seseorang yang telah mengalami disfungsional atau kerusakan secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Sedangkan komunitas sendiri dapat kita artikan sebagai sebuah unit lingkungan yang dapat mendukung kembalinya keseimbangan dan fungsi secara fisik, mental, emosional, dan spiritual, diri seseorang. Lingkungan yang dapat memberikan perhatian dan rasa cinta kasih terhadap si individu dan terhadap setiap orang yang berada di dalam lingkungan tersebut. Therapeutic Community yang paling utama adalah lingkungan keluarga, karena keluarga adalah merupakan lingkungan terdekat dari si pecandu, dan keluarga adalah bagian dari komunitas yang paling merasakan dampak dari adiksi itu sendiri. Sebuah keluarga yang bersatu dengan tujuan utama untuk saling menjaga dan memperhatikan satu sama lainnya adalah merupakan unsur terpenting di dalam Therapeutic Community. Maksud dan tujuan utama dari Therapeutic Community yang fungsional adalah : Memberikan perhatian, perlindungan, dan mendukung perkembangan secara fisik, mental, emosional, dan spiritual yang seimbang, dengan penuh cinta kasih dan rasa saling menghargai terhadap setiap individu dan komunitas secara keseluruhan, sehingga tercipta suatu keharmonisan di dalam lingkungan tersebut. Hanya dengan terciptanya harmoni inilah maka sebuah Therapeutic Community dapat berfungsi dengan baik. Landasan yang baik akan dapat membantu kita untuk dapat menghadapi adiksi dan dunia adiksi di Indonesia. Keterkaitan antar berbagai pihak akan sangat membantu untuk dapat menciptakan sebuah Therapeutic Community yang baik dan seimbang.

Berikut ini adalah komponen – komponen individual yang akan dapat membentuk sebuah Thaerapeutic Community yang dapat berfungsi dengan baik dan seimbang, sebagaimana yang dibutuhkan untuk dapat menghadapi dilema yang ditimbulkan oleh adiksi ( drugs, uang, seks, Kekerasan, Kejahatan, dan penyebaran virus Hepatitis C dan HIV ).

1. Hotline Service
Hotline service yang dapat berfungsi 24 jam, dan 7 hari selama seminggu. Hotline tersebut dijalankan oleh orang – orang yang terlatih dan memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah ini sendiri serta memiliki kemampuan untuk dapat memberikan informasi yang akurat untuk dapat membantu dan memberikan pelayanan ke seluruh wilayah di Indonesia. Memiliki kemampuan untuk dapat mengakses sumber – sumber informasi yang diperlukan, dan memiliki data serta informasi, baik dalam skala lokal ataupun internasional, untuk keperluan medis, serta bantuan secara psikologis dan terapi. Hotline ini sendiri dijalankan oleh orang – orang yang terlatih serta memiliki kemampuan untuk memperhatikan, pendengaran yang peka, dan memiliki kemampuan untuk dapat mengerti orang lain.

2. Tim Intervensi
Sebuah tim Intervensi, terdiri dari orang – orang yang terlatih, baik laki – laki maupun perempuan, dan dapat bergerak bebas ke seluruh wilayah di dalam komunitas Indonesia. Sebuah tim yang dilatih untuk tujuan memberikan bantuan secara aktif, memberikan dukungan, memberikan informasi secara langsung, memberikan pendidikan, serta membimbing masyarakat , keluarga, dan kelompok – kelompok lainnya agar mereka dapat mengetahui bagaimana, dan apa yang harus dilakukan untuk mengahadapi masalah adiksi, Hepatitis C dan HIV/AIDS, bersama – sama dengan teman –teman dan keluarga mereka.

3. Tim Krisis Intervensi
Sebuah tim krisis intervensi, adalah sebuah tim yang berjalan secara profesional dan terorganisir dengan baik. Terdiri dari orang – orang yang memiliki kemampuan khusus ( lebih diutamakan adalah mereka yang terlibat secara langsung di dalam penanganan masalah adiksi dan pemulihannya ), baik laki – laki maupun perempuan. Orang – orang yang benar – benar disiapkan untuk dapat diterjunkan langsung ke dalam berbagai macam situasi krisis dimana biasanya terjadi keadaan yang dramatis, traumatis, dan bahkan kadang – kadang dapat berubah menjadi sebuah situasi yang melibatkan kekerasan. Tugas dari tim krisis intervensi ini adalah untuk dapat menciptakan situasi yang terkendali, sehingga si pecandu dapat mengikuti program yang tepat untuk kepentingan pemulihannya. Tim krisis intervensi ini harus memiliki kontak dan kerjasama dengan rumah sakit, institusi – institusi atapun penjara.

4. Pendidikan – Program Outreach
Ini merupakan salah satu komponen yang paling penting harus dimiliki oleh sebuah Therapeutic community. Dapat terdiri dari sebuah tim yang terlatih untuk dapat memberikan informasi dan mendidik masyarakat mengenai drugs dan alkohol, tindakan – tindakan preventif, pemulihan, adiksi dan pecandu, Hepatitis C dan HIV/AIDS. Informasi tersebut dapat disebarkan ke dalam sistem pendidikan di Indonesia, sehingga anak – anak yang berada di dalam usia sekolah dapat menerima informasi yang tepat tentang dunia adiksi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan – pelatihan. Khusus untuk golongan masyarakat luas, yang paling penting untuk diingat adalah bahwa masyarakat kita harus mengetahui bahaya – bahaya yang ditimbulkan oleh adiksi dan dunia adiksi itu sendiri.

5. Pusat Detoksifikasi
Sebelum memasuki tahap pemulihan lebih lanjut, seorang pecandu terlebih dulu harus melewati proses detoksifikasi, yaitu sebuah proses pengeluaran racun – racun di dalam tubuh sebagai akibat dari pemakaian alkohol atau drugs jenis lainnya. Dalam proses ini, seorang pecandu akan mengalami sakaw, atau gejala putus zat sebagai akibat dari terhentinya konsumsi dari alkohol atau drugs jenis lainnya. Pusat detoksifikasi ini bertujuan untuk membantu proses detoksifikasi dari si pecandu, dan dijalankan oleh orang – orang yang terlatih dan memiliki pengetahuan tentang metode – metode detoksifikasi yang tepat.

6. Program Pemulihan Rawat Inap
Pemulihan yang dilakukan di dalam sebuah fasilitas/lingkungan yang aman dari drugs dan alkohol. Program pemulihan ini bertujuan untuk mengembalikan keadaan si pecandu, dan biasanya dilakukan selama 6 bulan. Semua program pemulihan harus memiliki jadwal kegiatan harian, yang meliputi pendidikan, konseling individual, metode modifikasi perilaku, pengetahuan tentang psikologi dasar, pengetahuan tentang adiksi dan dunia adiksi itu sendiri, peer confrontation, encounter groups, 12 Langkah dari Alcoholics Anonymous/Narcotics Anonymous. Juga meliputi jadwal kegiatan rekreasi dan olahraga.

7. Program Keterlibatan Keluarga
Sebuah program keluarga yang komprehensif dan menjadi satu bagian di dalam fasilitas pemulihan/program konseling/atau terapi. Yang harus kita ketahui adalah adiksi merupakan penyakit keluarga, dan semua anggota keluarga turut merasakan ketidak warasan yang muncul akibat adiksi. Dengan demikian keterlibatan keluarga sangat dibutuhkan dalam program dasar pemulihan dari si pecandu itu sendiri. Dan keluarga adalah merupakan lingkungan terdekat dari pecandu di mana si pecandu akan kembali setelah melewati masa perawatannya. Dengan demikian dapat kita lihat seberapa penting dari program keterlibatan keluarga dalam membantu proses pemulihan sebagai suatu proses yang terus berjalan.

8. Relapse Prevention
Dengan menggunakan tenaga dari konselor – konselor yang terlatih, kita mencoba untuk membantu si pecandu untuk dapat tetap bertahan bersih dan menghadapi serta mengenali tanda – tanda relapse ( kambuh ). Data statistik internasional mengatakan sekitar 75 – 80 % dari pecandu yang telah melewati program pemulihannya relapse ( kambuh/kembali memakai ). Dikatakan bahwa pemulihan adalah merupakan proses yang harus terus dijalani oleh pecandu seumur hidupnya, dan dengan demikian setelah si pecandu menyelesaikan program pemulihan dasarnya, tidak berhenti sebatas itu saja. Relapse Prevention adalah merupakan program lanjutan bagi si pecandu untuk dapat mempertahankan waktu bersihnya dan mengatasi relapse. Peer( Rekan sebaya ) Relapse Prevention Konselor adalah merupakan metode yang paling cocok, dan paling sukses, dalam hal mengatasi dan membantu mereka yang relapse.

9. Komunitas Berdasarkan Kelompok Dukungan Keluarga
Teman dan keluarga dari para pecandu adalah merupakan fondasi dasar yang kedua untuk dapat membangun akar dari komunitas Self-help. Mereka adalah orang – orang yang memiliki waktu yang diperlukan, kesabaran, keahlian, perhatian dan pengetahuan, ditambah lagi mereka mengetahui dan mengerti apa yang menjadi masalah dasar dari adiksi dan dunia adiksi ( juga mengenai HIV/AIDS dan Hepatitis ) serta komunitas mereka. Saat suatu masalah muncul, maka Komunitas Berdasarkan Kelompok Dukungan Keluarga secara kolektif akan mencoba untuk mencari jalan terbaik dengan tujuan untuk menolong sesama, serta mengatasi masalah tersebut di dalam lingkaran kelompok mereka. Mereka berinteraksi tanpa rasa lelah dan tanpa adanya pengharapan untuk keuntungan pribadi atau imbalan untuk menolong sesama.

10.Program Komunitas 12 Langkah
12 Langkah adalah merupakan sebuah program yang telah terbukti secara efektif telah dapat membantu ribuan pecandu dan alkoholik untuk dapat lepas dari masalah ketergantungan mereka. Dasar dari program ini adalah pecandu saling membantu satu sama lainnya, karena yang paling dapat mengerti masalah dari pecandu adalah pecandu itu sendiri.

11.Aftercare Program
Semua program pemulihan yang solid program pemulihan jangka panjang akan menuju pada satu kata AFTERCARE. Aftercare adalah merupakan program pasca perawatan yang dijalani oleh si pecandu dan melibatkan semua unsur – unsur yang terkait di dalam Therapeutic Community itu sendiri. Program ini meliputi berbagai macam bentuk konseling, pertemuan – pertemuan keluarga dan pecandu, dan didukung oleh rekan – rekan profesional dan komunitas medis. Semua hal yang ada diatas tadi menuju pada terbentuknya sebuah progam aftercare yang dapat membantu pecandu, keluarga, teman dan masyarakat secara luas.

Demikianlah komponen – komponen yang diperlukan untuk dapat membentuk landasan dari Therapeutic Community yang solid. Apabila setiap komponen itu dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dan memiliki dukungan dari pemerintah, maka kita sebagai suatu bangsa akan dapat menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh adiksi dan dunia adiksi. Yang harus kita ingat adalah pentingnya untuk dapat menjaga keseimbangan dari setiap komponen yang ada sehingga tercipta sebuah harmoni dan sebuah Therapeutic Community dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kami sebagai komunitas pemulihan untuk pecandu dan keluarganya telah melihat bahwa hal ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi negara kita, dan dengan rasa cinta dan kebersamaan yang timbul dari semangat pemulihan kami, dengan rendah hati kami persembahkan pemulihan bagi komunitas Indonesia, karena kami sadar bahwa pemuda Indonesia adalah merupakan aset terbesar dari negara kita yang tercinta ini.
======000000======

Senin, 26 November 2007

REHABILITASI KUNCI NANDAN, YOGYAKARTA


Nama
Rehabilitasi KUNCI Yogyakarta

Alamat
Bruderan Karitas, Nandan, Sariharjo, Ngaglik,
Sleman – Yogyakarta, 55581 Indonesia
Telp. 0274-624747 dan 0274-7171786

Fokus Pelayanan
Adiksi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, dan berbagai masalah yang terkait dengan pecandu dan adiksi

Visi
Tercapainya kehidupan yang sehat bagi seluruh residen penyalahguna Napza sehingga mampu memenuhi target profesionalitas yang tinggi melalui metode Therapeutic Community

Mission Statement
Komunitas Kunci Nandan adalah komunitas berdasar pada rasa cinta dan kasih tanpa batas bagi semua orang yang didirikan untuk membantu semua orang yang ingin bebas dari masalah penyalahgunaan dan ketergantungan pada narkoba dan meningkatkan kualitas hidup dan kualitas kepribadian dengan menciptakan kesempatan dan harapan baru demi mengembangkan hidup


Motto
Ukuran dalam mengasihi adalah
mengasihi tanpa ukuran
(The Measure of Love is Love without Measure)

Tujuan
Membantu pecandu kembali waras, pulih dari kecanduan mereka, serta membantu memperoleh kembali harapan dan keyakinan lewat hidup teratur dan terarah. Mengembalikan keseimbangan dan fungsi seseorang yang telah mengalami disfungsional atau kerusakan fisik, mental, emosional, dan spiritual.

Lingkungan Keluarga RKY
Jawaban dari sebuah kecanduan adalah Cinta, Kesabaran, Pengertian, dan Doa. Dalam sebuah Therapeutic Community, hal yang paling utama adalah lingkungan keluarga. Keluarga adalah lingkungan terdekat pecandu. Sebab itu, sebuah keluarga yang bersatu untuk tujuan yang sama –bebas dari adiksi- harus saling menjaga dan memperhatikan satu sama. Persaudaraan dan solidaritas adalah unsur terpenting di dalam Therapeutic Community. Tujuan sebuah Therapeutic Community yang fungsional adalah : Memberikan perhatian, perlindungan, dan mendukung perkembangan secara fisik, mental, emosional, dan spiritual yang seimbang, dengan penuh cinta kasih dan sikap saling menghargai terhadap setiap individu dan komunitas secara keseluruhan, demi terciptanya suatu keharmonisan di dalam lingkungan Therapeutic Community. Dengan harmoni, terciptalah sebuah Therapeutic Community yang sesungguhnya. Landasan yang baik akan dapat membantu kita menghadapi adiksi dan dunia adiksi di Indonesia. Keterkaitan antar berbagai pihak akan sangat membantu untuk dapat menciptakan sebuah Therapeutic Community yang baik dan seimbang. RKY ingin menanam cinta, menyiraminya, dan menumbuhkembangkan cinta bagi setiap penghuninya.

Program RKY

Terapi bagi pecandu dibagi dalam tiga proses umum: pembangunan motivasi, detoksifikasi, dan rehabilitasi. Bukan hanya sekali Anda mendengar pecandu ingin berhenti, tetapi kalau Anda mendenarnya, masih terlalu dini membawa pecandu ke panti rehabilitasi sebelum keinginan itu menjadi motivasi dasar yang kuat. Dalam fase ini, pembangunan motivasi diarahkan pada keyakinan diri bahwa mereka bisa berhenti. Dan ketika pecandu siap, mulailah tahap detoksifikasi (pembersihan racun-racun). Umumnya, efek ketagihan akan muncul 6 -8 jam setelah pemakaian terakhir narkoba. 24 jam pertama adalah masa yang berat dan kan mencapai puncaknya setelah 48 jam. 72 jam setelah pemakaian terakhir, efek kecanduan akan berkurang pada batas minimal. Dan dalam jangka waktu seminggu efek kecanduan itu hilang. Berikutnya adalah fase terpenting: rehabilitasi.

Rehabilitasi Kunci Yogyakarta (RKY) bertumpu pada 2 sendi utama program:
Program primary dan program re-entry.

Program primary terdiri dalam beberapa fase:
Fase orientasi adalah masa persiapan bagi klien untuk mendalami dan mengerti program rehabilitasi yang disusun KUNCI. Dua minggu pertama adalah waktu yang disediakan bagi setiap klien untuk memutuskan apakah ia akan menjadi salah seorang residen ataukah tidak. Fase remaja berlansung 1-2 bulan dan setiap resident diberi kesempatan mempelajari Buku KUNCI sampai dianggap pantas menerima Little Key. Selama fase ini, resident dituntut jujur dan disiplin untuk mengikuti semua program, peraturan; sanksi akan diberikan pada setiap pelanggaran dan setiap prestasi akan mendapat hadiah (award) yang pantas. Resident diperkenankan menerima kunjungan dan telepon dari anggota keluarga yang terdaftar dibawah pengawasan staff. Dalam Fase muda setiap resident akan menjadi sahabat muda bagi resident yang baru dan mereka diperbolehkan meninggalkan panti selama 1 – 4 jam dengan pengawasan seorang senior dan diperbolehkan mengunjungi keluarga selama 4 – 12 jam bersama pendamping. Fase Dewasa setiap resident harus bertanggungjawab dan bertugas pada fungsi kerja tertentu di lingkungan KUNCI. Mereka diperbolehkan ambulatio dari panti selama 8 jam dan diperkenankan mengunjungi keluarga selama 24 jam dengan pengawasan staff.

Program re-entry adalah fase terakhir di RKY saat resident mematangkan rasa percaya diri, tujuan dan arah hidup, tanggungjawab, kemampuan memecahkan masalah, pemahaman tentang tugas dan kewajiban di tengah masyarakat.

7 ATURAN UMUM RUMAH KUNCI

1. DILARANG MEMBAWA, MEMILIKI, dan MEMAKAI OBAT-OBATAN dan atau ALKOHOL di lingkungan Pusat Pemulihan Rehabilitasi KUNCI

2. DILARANG MELAKUKAN TIDAK KEKERASAN (memukul, berkelahi, menendang, mendorong, menggigit, bergulat, dan atau semua tindakan yang menunjukkan sifat kasar dan melukai) pada anggota lain di lingkungan Pusat Pemulihan Rehabilitasi Kunci

3. Tanpa pengecualian DILARANG MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL dengan siapapun

4. DILARANG MENCURI AAPUN (uang, pakaian, sepatu, perhiasan, rokok, pasta gigi, dan semua benda-benda pribadi). Seluruh pecandu dilarang MEMINJAM, bagi pecandu MEMINJAM sama dengan mencuri.

5. TIDAK DIBENARKAN MELARIKAN DIRI atau MENINGGALKAN PUSAT REHABILITASI KUNCI tanpa ijin tertulis dari staff dengan alasan apapun selama masih tinggal 6 bulan penuh

6. Setiap penghuni rumah DILARANG MEMBAWA TEMAN, laki-laki atau perempuan … tanpa ijin langsung dan tertulis dari staff untuk alasan apapun.

7. Merokok diijinkan dalam waktu-waktu tertentu.

Peraturan ini akan membantu setiap residen untuk hidup di Rehabilitasi Kunci Yogyakarta demi tujuan akhir yang ingin dicapai setiap residen selama mereka tinggal di Rehabilitasi Kunci Yogyakarta. Ke-7 aturan pokok ini menjadi sendi yang menjaga tetap tegaknya motivasi setiap residen untuk sembuh. Dan ke-7 aturan ini diterjemahkan dalam acara harian yang kami susun setiap harinya.


GENERAL MISSION BROTHERS OF CHARITY; MISSION KUNCI REHABILITATION NANDAN, YOGYAKARTA


1. Within the organization Brothers of Charity we form a network of centers for people with drug-related problems. We admit both drug addicts who find themselves in a dead-end situation or who are heading for a dead end, and their partners and/or relatives.

2. Our actions must always aim at quality and innovation in the fields of prevention, guidance, and the treatment of drug abuse. Our motivation is our conviction that change leads to a better life


3. To that purpose we run a network of centers that show solidarity towards one another. These centers are situated in Flanders and in Brussels. The various centers strive for integration into local co-operative initiatives involving partners that are also active in the field of prevention and the treatment of drug addiction or that are active in related sectors.


4. The basic principle of our activities is equality in all relationship, be they with clients, people from their environment, our staff and partners. As far as the clients and their partners and/or relatives are concerned, that means that we feel connected to them on a personal level and that we wish to put our professional competences at their disposition in order to trigger a process of change.

5. For the staff, that means that we can work in an open atmosphere in which everyone’s personal dignity, experience, competence, and individual merits are respected.

6. When it comes to cooperation with other initiatives on a professional level, we wish to share the expertise of our network and strive for an integrated approach of drug addiction.

7. We regard drug addiction as a complex problem that seriously affects the development of a person’s individual, relational, and social capacities. The treatment focuses on the addict’s behavior as well as on important biological, psychological, and social causes and consequences of addiction.

8. Our contribution to solving drug-related problems has three dimensions and is based on an integrated point of view:
· The aim of prevention is to teach people to enjoy themselves in a healthy way through the acquisition of a set of social skills
· The aim of guidance and treatment is to help clients to regain control of themselves and fulfilling individual, relational, and social needs
· We organize professional training to offer them the prospect of a job. This also involves attitude training in a well-adapted working environment.


9. By basing our actions on these points, we should be able to contribute to the physical, mental, emotional, and social wellbeing of people who have drug-related problem

Final version approved by the steering Committee on 16 October 2004